Informasi seputar Aqua Klaten

Senin, 02 Mei 2016

Home Industri di Kecamatan Polan Harjo Kab. Klaten

| Senin, 02 Mei 2016

Home Industri di Kecamatan Polan Harjo Kab. Klaten


Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten secara umum merupakan wilayah agraris. Namun demikian sebagian anggota masyarakatnya juga mempunyai usaha-usaha ekonomi produktif alternatif. Salah satu usaha ekonomi produktif yang menonjol adalah usaha handy craft yang diproduksi oleh rumah tangga (Home Industry) yang tersebar di beberapa desa di kecamatan ini, yaitu: Desa Kebonharjo, Desa Keprabon dan Desa Polan.

Jumlah perajin di tiga lokasi ini mencapai ribuan orang yang umumnya merupakan perajin kecil yang omzetnya kurang dari 100 juta. Usaha home industri ini sudah ada sejak 4 dekade terakhir dan biasanya diturunkan secara turun temurun kepada generasi berikutnya. 

Potensi/keunggulan usaha home industry ini cukup besar, yaitu:

1. Mampu menyerap banyak tenaga kerja yang tersebar di masing-masing unit usaha.

Tenaga kerja tersebut berasal dari tenaga kerja sendiri, keluarga, tetangga, maupun orang lain. Komposisi jumlah tenaga kerja dalam setiap unit usaha adalah sebagai berikut :
1-2 orang : kurang lebih 55 %
3-5 orang : kurang lebih 20 %
6-8 orang : kurang lebih 5 %
> 12 orang : kurang lebih 20 %

Ada sekitar 70 % tenaga kerja/pengusaha home industry yang menyatakan tidak mempunyai pekerjaan atau sumber pendapatan lain, sehingga menggantungkan kehidupannya pada hasil usaha ini. Kondisi faktual ini mengisyaratkan bahwa betapa pentingnya usaha home industry ini bagi kehidupan ekonomi mereka dan masyarakat pada umumnya. Di samping itu, melalui usaha ini setiap tenaga kerja maupun pengusaha mampu menghidupi 2-6 orang anggota keluarga lainnya. (Sumber: Survey Base Line Data YIS, 2010 -YIS = Yayasan Insan Sembada, NGO-)

2. Memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat di tingkat desa.

Tidak ada sumber resmi tentang berapa kontribusi usaha home industry ini namun salah satu sumber informal menyatakan kontribusi usaha home industry ini bisa mencapai 70 % perekenomian masyarakat di tingkat desa.

3. Menerapkan prinsip recycle, reuse, dan reduce karena menggunakan bahan baku “limbah”.

Sehingga usaha yang dilakukan ini sangat baik sekali untuk mendukung upaya global untuk melestarikan lingkungan dan mengurangi dampak global warmning.

4. Tiga desa ini berpotensi menjadi KAWASAN TERPADU DESA WISATA.

Tiga desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi Kawasan Terpadu Desa Wisata, seperti halnya kampung-kampung wisata lainnya seperti kampuk Batik Laweyan Solo, Kampung Krebet Kabupaten Bantul, Kampung Wisata Suwuk Kabupaten Kebumen, Kampung Jawa di Kabupaten Jepara dan lain-lain. Potensi home industry di tiga desa ini bisa dipadukan dengan potensi alam (umbul Cokro, Umbul Ingas dll), potensi pertanian lokal organik/ramah lingkungan di beberapa desa lainnya seperti Desa Wangen,Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo dan Satu desa di Kecamatan Tulung (Desa Daleman), potensi budaya lokal jawa dan potensi-potensi lainnya. Berbagai potensi ini bisa diintegrasikan dan dikembangkan menjadi kawasan terpadu pariwisata andalan Kabupaten Klaten di masa-masa yang akan datang. Terlebih lagi kawasan ini jaraknya relative dekat dengan pusat pariwisata Kota Solo, yang bisa saja konsep kawasan wisata ini bisa dikembangkan lagi menjadi paket-paket wisata “One Day Touring” dan ditawarkan kepada agen-agen travel dan pariwisata.



Jenis Produk

Ada banyak jenis home industry yang di produksi oleh perajin misalnya tas, wayang, kerajinan tanduk, dompet, tas laptop, dompet pensil, kipas, kerajinan pande besi, taplak bamboo, souvenir pernikahan, dll. Produk-produk ini mempunyai pangsa pasar tersendiri yang tentu sudah disesuaikan dengan standar kualitas produksinya masing-masing.

Contoh-contoh ilustrasi produk yang dihasilkan, di antaranya:

Selain produk-produk di atas, ada banyak lagi jenis-jenis produk lainnya yang mencapai ratusan jenis dengan berbagai bentuk ukuran dan harga.

Bahan-bahan produksi sebagian besar dibeli oleh para perajin dari pengusaha konveksi, pengusaha mebeler, toko maupun mendapatkannya dari supplier yang diantar langsung ke lokasi usaha. Kurang lebih 65 % perajin berupaya untuk mendapatkannya secara mandiri dan kurang lebih 35 % perajin mendapatkan pasokan dari supplier (Sumber : Survey Base Line Data YIS, 2010). Sebagian bahan baku tersebut merupakan limbah seperti kain perca, potongan kayu, bamboo dll, sedangkan produk makanan, bahan bakunya merupakan bahan baku segar/fresh yang diperoleh dari lingkungan sekitar pelaku usaha home industry. Peralatan produksi yang digunakan sebagian besar merupakan milik sendiri (70 % perajin) dan sebagian besar merupakan peralatan tradisional/manual (70 %).

Kontribusi Usaha

Secara umum tingkat pendapatan tenaga kerja maupun pengusaha sangat bervariasi tergantung dari besar kecilnya omzet usaha.

Secara umum tingkat pendapatan rata-rata sebesar kurang lebih Rp. 1.350.000; atau rata-rata masih digolongkan menjadi usaha mikro. Di luar usaha mikro ini di lokasi ini juga terdapat usaha yang mempunyai omzet besar bisa mencapai Rp. 100.000.000. Tingkat pendapatan ini dihitung pada bulan Oktober-November 2010 melalui kegiatan survey base line data yang dilakukan oleh Mahasiswa UNS dan YIS Solo.

Permasalahan Yang Dihadapi

Saat ini, para perajin sedang mengalami permasalahan-permasalahan dalam mengembangkan usaha. Masalah-masalah ini sudah terjadi sejak lama dan sampai saat ini belum memperoleh upaya pemecahannya. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh para perajin adalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya kemampuan untuk memasarkan produk.

Selama ini produksi dilakukan berdasarkan order dari kenalan, relasi, keluarga maupun pelanggan-pelanggan lama. Masing-masing perajin biasanya sudah mempunyai pemesan yang jumlahnya omzet pesanannya relative stabil. Umumnya para pelanggan yang ada sudah mempunyai pangsa pasar tersendiri dan standar kualitas tersendiri.

2. Standar kualitas produk yang diterapkan sangat terbatas pada segmen pasar menengah ke bawah terkecuali untuk beberapa jenis kerajinan tanduk; beberapa kerajinan tanduk tersebut mempunyai segmen pasar menengah ke atas walaupun dalam jumlah yang kecil.

3. Masing-masing unit usaha belum melakukan pencatatan usaha. Pencatatan dalam arti melakukan pembukuan usaha secara teratur dan didokumentasikan ke dalam laporan sederhana. Aliran dana masuk dan keluar masih campur aduk dengan pendapatan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Berdasarkan survey base line data tahun 2010; ada kurang lebih 80 % pengusaha home industry yang belum melakukan pencatatan usaha secara baik dan teratur.

4. Diversifikasi produk masih rendah. Jumlah jenis produk masih terbatas pada produk-produk yang diproduksi secara turun temurun. Laju inovasi pengembangan produk baru masih berjalan dengan lambat. Hal ini menyebabkan omzet usaha, dan pangsa pasar belum berkembang secara significant. Berdasarkan Survey Base Line Data tahun 2010 diperoleh data: ada kurang lebih 70 % pengusaha yang belum melakukan inovasi usaha secara kontinyu.

5. Upaya peningkatan kapasitas untuk pengembangan usaha masih minim. Ada sekitar 95 % pengusaha home industry yang menyatakan belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan usaha. (Survey Base Line Data YIS, 2010).

6. Keterlibatan stakeholder pemerintah daerah belum menunjukkan perhatian yang nyata terhadap perkembangan usaha yang ada di 3 (tiga) desa kawasan home industry ini. Indikatornya adalah sangat jarangnya kegiatan-kegiatan pengembangan usaha home industry yang difasiltasi oleh pemerintah daerah.

Modal Sosial

Potensi dan masalah yang ada tersebut tentu menjadi bahan pemikiran kita bersama. Pemikiran untuk lebih mengembangkan potensi yang ada dengan cara mengatasi berbagai masalah yang membelit usaha home industry ini. Secara umum kemauan para perajin begitu besar untuk mengembangkan usaha-usaha yang mereka miliki. Keinginan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengembangan usaha dalam payung pemberdayaan masyarakat cukup tinggi, setidaknya ada kurang lebih 95 % perajin menyatakan mempunyai kenginan tersebut. Umumnya mereka beragumen bahwa dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan setidaknya mereka akan mendapatkan:

1. Media untuk pengembangan diri dan bersosialisasi.

2. Mendapatkan assistensi dalam hal pemasaran.

3. Meningkatkan relasi.

4. Meningkatkan wawasan.

5. Mengurangi persaingan yang tidak sehat.

6. Mendapatkan akses bantuan modal.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar